Malam itu sepulang kami dari bioskop memang mood ku sudah tidak bagus, mungkin karna melihatmu tertawa bersama wanita yang tak ku tahu darimana dia datang. Kau menghampiriku, berbicara padaku dan membuatku tersenyum seolah semua perhatian dan hatimu hanya untukku. Sebut saja lelaki itu A.
"kamu kenapa cemberut aja? A jadi gaenak"
"engga ko cuman lagi bete aja" jawab ku dengan ketus.
"iya, bete kenapa? A gaenak, A yang ngajak main terus kamunya bete"
"gapapa, udah biarin aja, kalo lagi bete diemin"
"gabisa gitu dong, di diemin nanti makin bete. Pasti karna cowo. Karna siapa?"
"bukan siapa-siapa. Untuk apa ngomong gaakan ada pengaruhnya"
"ya ada lah, kalo kamu ngomong nanti A ngomong sama orangnya jangan gitu dan jangan bikin
galau cewe" ia berusaha meyakinkan ku untuk berbicara padanya.
Kata-katanya memang membuatku sedikit tersanjung, dia memang pintar membuat wanita nyaman berada didekatnya. Mungkin karna sikap dia yang seperti itu yang membuat wanita dekat dengannya. Pembicaraan kamipun berlanjut
"A yakin, orang pasti kenal sama A. Kalo gakenal pasti kamu ngomong namanya"
"mungkin bisa jadi kamu kenal"
"ya ngomong siapa orang nya?"
"gaakan ngaruh A"
"jadi orang tuh gaboleh berfikiran negatif, harus positif thinking"
"ya udah kamu juga kenal orang nya"
"siapa? aj? fl? yc?"
"bukan"
"ya terus siapa? kalo A, A udah mikir ga mungkin"
"A! jadi orang itu harus konsisten. Kamu loh yang ngomong gaboleh punya fikiran negatif" aku mengucap kembali ucapan dia yang dia katakan padaku.
"ya terus, A bukan?"
"bisa jadi"
tiba tiba dia terdiam, entah karena jawabanku yang sedikit tapi mengarahkan semuanya atau ada 'karena' yang lain, yang tidak ku tahu. Pembicaraan kami terhenti karena handphone dia berbunyi. Kesal sih, momen eksklusif seperti itu bersamanya jarang sekali ku dapatkan.
Keesokan harinya aku meneruskan cerita bersamanya lewat bbm. Dia memberi saran kepadaku
"kalau suka sama orang jangan gengsi, deketin dianya dan kenali lebih dalam bagaimana dia"
entah pesan itu memang hanya pesan biasa dari seorang lelaki sepertinya atau pesan yang menuntut ku mengerti apa isi hatinya.
Sudah lama memang aku ingin tahu semua yang ia sembunyikan bersama kawannya. Tak pernah terungkap memang jika tak ada salah satu yang bicara, tapi apakah harus aku yang mengawali pembicaraan dan berkata yang sebenarnya? aku adalah wanita timur yang masih menggenggam adat ketimuran ku, dan bagiku mungkin bagi semua juga mengawali sebuah hubungan dari seorang wanita itu sedikit ironis.
Tak salah memang hanya mungkin tidak wajar dan tidak semestinya wanita yang mengawali. Bagaimapun lelaki adalah seorang imam yang seharusnya mencari makmum.